Jumat, 09 September 2011

seleksi dimulai hari ini

setelah sempat tertunda, hari ini jumat PSMS MEDAN menggelar seleksi Pemain ... di hadiri beberapa pemain. sebut saja dede sulaiman kiper PSPS PEKABARU

Kamis, 01 September 2011

Gurning Belum Resmi

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Di luar dugaan, status Abdurahman Gurning sebagai pelatih kepala masih belum sah. Padahal sejumlah media nasional dan lokal sudah resmi mencatut eks palang pintu PSMS itu sebagai head coach di Kinantan. Namun Gurning membantah statusnya sudah sah.

"Saya sangat siap melatih PSMS. Saya senang jika benar-benar ada disini. Tapi sampai saat ini belum ada perkembangan. Masih sekali saya dihubungi pihak PSMS via telefon. Belum ada pertemuan resmi dan kapan pastinya saya menandatangani," katanya.

Hal ini tentu sangat riskan, bahkan bisa jadi PSMS bakal kehilangan dirinya jika tidak segera dilamar resmi. Pasalnya Gurning mengakui sudah ada pinangan dari klub lain. "Saya bingung juga menentukan. Karena via telepon saya sudah bicara dengan pak Idris dari PSMS. Tapi maaf, sampai sekarang belum ada kabar. Saya tak belum beri jawaban apapun pada klub lain selain PSMS," ujarnya.

Hal itu terkuak saat Tribun meminta konfirmasi pada Gurning terkait figur calon asisten pelatih dan bakal pemain yang menghuni. "Maaf, saya bukannya tak mau berkomentar jauh. Karena saya belum pasti kan. Nanti saya jawab, salah pula. Fatalnya, bukan saya pula pelatih yang sah. Ekh..udah ngomong macam-macam," katanya lagi.

Posisi Gurning memang dilematis. Di satu sisi ia sudah mengaminkan tawaran perdana PSMS. Ia pun mengakui selaras dengan keinginannya untuk tidak lagi merantau. Tapi di sisi lain tawaran mengucur dari klub lain di saat PSMS masih menggantungnya.

Sayang saat hendak dikonfirmasi soal kondisi teranyar ini, Plt Ketua Umum PSMS, Idris belum memberikan pernyataan resmi. Ia sedang rapat koordinasi dengan Dipora Medan. Kendati begitu, sebelumnya Idris memang menyatakan pihaknya belum mensahkan Gurning. "Belum sah memang di atas kertas. Tapi sudah pasti kok karena kita sudah ngomong. Gurning sudah menyanggupi. Awal september dia sudah mulai bekerja," pungkasnya. (raf/tribun-medan.com)

Puzzle Asisten Pelatih

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Setelah mendapuk Abdulrahman Gurning di kursi panas pelatih kepala. Keping puzzle berikutnya ialah siapa figur yang mendampingnya sebagai asisten pelatih. Tiga nama bersiliweran kencang, yakni Edy Syahputra, Suharto AD dan Roekinoy. Ketiganya sudah pernah bercokol di kebun Bunga.

Publik tentu mengenal dua nama pertama. Duet Suharto AD dan Edy Syahputra terbilang harum namanya. Kegemilangan berhasil diukir usai mampu melewati target yang dibebankan musim lalu. Manajemen membebankan target 12 besar. Faktanya berhasil melaju ke deretan delapan besar. Meski harus luruh secara dramatis kala melakoni partai akhir kontra Persiba Bantul di stadion Segiri, Samarinda.

Sayang, keduanya terganjal regulasi. Lisensi B nasional yang dikantongi keduanya menganulir asa untuk melanjutkan kiprah musim depan. Meski keduanya dipastikan mengikuti kursus kepelatihan menjumput lisensi A AFC ekuivalen di Jakarta September mendatang.

Roekinoy, nama baru di Kebun Bunga. Sejak Mei lalu ia didapuk menjadi pelatih kepala PSMS U-21 alias PSMS Muda. Meski tidak terlalu menonjol di karir kepelatihannya. Tapi ia cukup membuktikan dirinya tak boleh dianggap sembarangan. Empat pemain besutannya resmi dibidik Timnas U-19 untuk menjajal AFF Cup di Beijing, China November mendatang.

Plt Ketua Umum PSMS Idris mengatakan pos asisten sebagai wewenang pelatih kepala. Pihaknya memastikan tidak akan mengintervensi ranah itu. Bahkan untuk sekedar memberi rekomendasi.

"Wah, kalau kita rekomendasi atau tentukan bisa fatal nanti. Terserah Abdulrahman Gurning menentukan siapa yang jadi asistennya. Kita kuatir, kalau diintervensi bakal merusak tim ke depan," ujarnya melalui sambungan seluler, Kamis (25/8).

Sebelumnya, Abdulrahman Gurning menegaskan bahwa penentuan asisten mutlak ditentukan olehnya. Asisten pelatih bukanlah jabatan sekedar. Secara psikologis, harmonisasi ide, konsep dan program berimbas pada laju tim.

"Asisten pelatih tentu vital buat saya. Jadi saya tidak asal tunjuk saja. Saya akan pilih figur yang loyal dan punya kemampuan. Yang pasti ia sosok yang pernah menangani PSMS Medan," katanya.

Apakah Edy Syahputra, Suharto AD, atau Roekinoy?!. "Saya tak ingin gegabah unjuk nama dulu. Karena belum tandatangan kontrak. Lagian, saya akan mulai bekerja di awal September," katanya tersenyum.

Edy Syahputra menyebutkan dirinya siap mengemban tugas di posisi tersebut. Ia mengaku sudah mengenal sosok Gurning baik saat masih menjadi pemain maupun pelatih. "Saya siap menemani bang Gurning membawa PSMS berprestasi. Tapi terlalu offside kalau saya mengusulkan diri. Biarlah bang Gurning yang menentukan sendiri," katanya.

Suharto AD mengatakan jabatan asisten pelatih tak berarti menurunkan kastanya sebagai eks pelatih kepala PSMS musim lalu. Misi penebusan atas tertundanya PSMS promosi menjadi alasan kuat. "Jika dipercaya saya ingin jadikan sebagai momentum memperbaiki kesalahan musim lalu," imbuhnya.

Sementara itu Roekinoy yang hendak dikonfirmasi terkait selentingan dirinya tak bisa dihubungi. Kendati demikian kalangan suporter dari SMeCK Hooligan dan PFC menyokong satu diantara duo pelatih musim lalu. "Bang Harto dan bang Edy punya kredit poin. Mereka tak bisa dibilang gagal. Keduanya mampu menciptakan karakter rap-rap yang kental. Sulit memilih satu diantara keduanya jika dipilih sebagai asisten," kata Nata Simangunsong, Ketua SMeCK Hooligan. (raf/tribun-medan.com)

Sabtu, 20 Agustus 2011

news

PSMS MEDAN menang 2-0 atas timnas u-19, pertandingan itu sendiri disaksikan langsung ketua PSSI pak dzohar arifin hussin di stadion teladan

PT PSMS Medan, Antara Ada dan Tiada

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Perampingan personel pengurus dan manajemen di tubuh PSMS dengan alasan efektifitas memang tak mendapat sorotan tajam. Bernaung di bawah bendera PT Medan Bestari Metropolitan direncanakan akan diciutkan hingga 9 kursi di pengurus dan 5 kursi manajemen. Sebelumnya pengurus PSMS sangat gemuk dengan 39 pemain.

Konsekuensi logis kebijakan ini ialah pendepakan signifikan pemilik suara 40 klub. Terkait itu, Halim Panggabean, Sekretaris Umum PS Putra Buana, satu dari 40 klub pemilik suara mengurai beberapa kejanggalan. Meski secara prinsipil ia menyetujui adanya perampingan personel.

Halim menyoroti teranulirnya PT PSMS Medan dan dipancangkannya PT Medan Bestari Metropolitan. "Selama ini PSMS memakai istilah pengurus yang nota bene dinaungi PT PSMS Medan. Dalam koridor itu PSMS sah dimiliki 40 klub pemegang hak suara. Yang jadi pertanyaan, mekanisme penganulirannya bagaimana?, asal sosor saja?," katanya. Menurutnya kepemilikan PSMS yang disokong 40 klub merupakan format kepengurusan di era perserikatan. Sehingga jika ada pengalihan tentu harus lewat mekanisme yang legal.

Selanjutnya, pengamat sepakbola Medan ini juga menyoroti kerjasama PSMS dengan Bintang Medan yang diiring enam perusahaan berlabel konsorsium, dengan PT Medan Bestari Metropolitan. "Kita mau tahu dedengkot (bc. CEO)nya Bintang Medan siapa. Bukankah dananya juga konsorsium, yang sama persis dengan APBD. Hanya beda di pengistilahan. Konsorsium level swasta, APBD level negeri. Ini kan trik potong kompas saja," ujarnya. (raf/tribun-medan.com)

Balon Pelatih PSMS Medan, Orang Medan

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - PSMS Medan tetap akan menggunakan jasa pelatih lokal. Tentu dengan embel-embel memegang lisensi A AFC sederajat. PSMS menyatakan sudah mengantongi bakal calon (balon) yang akan didapuk sebagai pelatih kepala.

Plt Ketuan Umum PSMS, Idris mengatakan rasionalitas pilihan itu. Pelatih lokal asal Medan lebih menerapkan, mengendapkan dan mengembangan karakter permainan khas Medan. Di sisi komunikasi jauh lebih mudah membangun interaksi yang efektif. "Terlalu naif pandangan yang menyebutkan pelatih asing lebih hebat. Ngak begitu juga kan. Medan punya pelatih ternama dan kualifikasinya layak hitung," ujarnya.

Namun, lebih penting ialah siapa bakal calon yang dimaksud. "Kami sudah kantongi nama pelatihnya, tetapi belum bisa dipublikasikan. Karena belum ada tahap pembicaraan resmi. Yang pasti lisensinya A AFC," katanya. Disebutkannya pelatih juga pernah membesut PSMS.

Tidak terlalu sulit menerka-nerka siapa figur yang dimaksud. Sebab di jajaran elit pelatih asal Medan yang mengantongi lisensi A AFC atau sederajat menjurus pada dua nama; Abdulrahman Gurning dan Suimin. Apakah mereka? "Haha...saya tidak bilang itu. Lihat saja nanti, karena masih belum ada keputusan," katanya lagi.

Sedangkan untuk pos asisten dan pemilihan pemain, akan diberikan sepenuhnya pada pelatih kepala terpilih. (raf/tribunmedan.com)

Suharto AD Nilai Regulasi PSSI Positif

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Eks pelatih kepala PSMS, Suharto AD menyatakan secara prinsipil regulasi PSSI terkait pelatih berlisensi A AFC atau sederajat berdampak positif bagi majunya sepakbola nasional. Meski mengakui sangat berharap membesut PSMS kembali, mantan bomber PSMS itu tidak mempermasalakan ketetapan PSSI.

Lantas bagaimana jika dipromosikan mengisi kursi asisten?. "Saya bersedia, bukan hanya karena pernah membela tim ini selama sepuluh tahun ini. Tapi saya juga ingin membayar kemenangan tertunda musim lalu," tegasnya.

Musim kompetisi 2010/2011, Suharto AD mampu melewati target yang dibebankan. Kepengurusan PSMS membebankan 12 besar. Namun eks bomber PSMS itu mampu mendaratkan Afan Lubis dkk di delapan besar. (raf/tribun-medan.com)

Edy: Siap Berkompetisi Isi Pos Asisten

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Edy Syahputra, eks Asisten pelatih PSMS menyebutkan ketentuan itu sudah dicuatkan sejak lima tahun lalu. Sehingga, bukan hal baru lagi untuk diperdebatkan. Hanya saja di era kepengurusan sebelumnya masih bisa dikompromikan.

Edy menyatakan hasratnya yang sangat besar untuk bisa melatih PSMS kembali. Di medio September mendatang, PSSI akan menghelat kursus kepelatihan A AFC. "Saya pikir masih terkejar untuk mendapat lisensi A AFC atau sederajat. Apalagi guliran kompetisi di Oktober. Tetapi ya itu, kalau manajemen nantinya bersedia. Kalau tidak, ya monggo," ujarnya.

Ia juga menegaskan, dipilih atau tidak, bersama mantan pelatih, Suharto AD tetap akan menjalani kursus kepelatihan guna mengantongi lisensi A. Dikonfirmasi perihal pos asisten, "ya, mau tidak mau saya harus bilang siap berkompetisi untuk isi pos itu (bc. Asisten)," ujarnya. (raf/tribun-medan.com)

PT PSMS Medan Dipertanyakan Kejelasannya

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Keberadaan PT PSMS Medan menjadi sorotan 40 klub pemegang hak suara. Plt Ketua Umum PSMS, Idris mengatakan ia tidak tahu menahu soal PT PSMS. Selama dua tahun memanejeri PSMS, ia mengklaim PT PSMS tidak diketahui rimbanya.

"Bukan saya tidak mau tahu. Akta PT itu tidak ada di sekretariat, ada yang bilang masih di notaris. Coba dikonfirmasi sama Direkturnya lah," imbuhnya.

Sebagai salah satu pemegang hak suara, Ketua Umum PS Posindo ini juga kerap mempertanyakan dimana letak PT PSMS. "Saya betul-betul tak mengerti dengan status PT PSMS ini. Ada atau tidak. Tapi kalau soal merger ini murni untuk kebaikan sepakbola Medan, khususnya pembenahan PSMS," ujarnya.

Senada, Benny Tomasoa, Ketua Umum PS PTPN IV menyatakan PT PSMS masih aktif. "PT PSMS berdiri di tahun 2007. Tapi memang hanya formalitas belaka. Untuk memenuhi legalitas saat PSMS mewakili klub liga di ajang Champion Asia," ujar pria yang didapuk sebagai komisaris di PT tersebut. (raf/tribun-medan.com)

Sabtu, Smeck Hooligan Buka Bersama dan Sahur On The Road

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Banyak komunitas yang bermunculan dan adu tenar di bulan ramadan tahun ini. Dengan melakukan acara seremonial berbuka puasa, komunitas atau kelompok-kelompok tertentu berusaha mencuri perhatian publik agar komunitas atau perkumpulannya kian dikenal masyarakat. Tidak ketinggalan, komunitas pecinta sepakbola yang menamakan diri Suporter Medan Cinta Kinantan (Smeck Hooligan), juga melakukan hal serupa.

Bedanya, konsep berbuka yang mereka gelar pada Sabtu (20/8) mendatang boleh dibilang lebih ditujukan ke anak muda. Menampilkan band-band dan diskusi hangat seputar sepakbola, anak-anak Smeck, berusaha mencuri perhatian masyarakat untuk ikut nimbrung di kegiatan mereka.

"Sabtu, (20/8) ini kita mulai melakukan acara berbuka puasa bersama di pelataran Stadion Teladan Medan. Kali ini, modelnya berbeda karena start acara mulai pukul lima sore hingga subuh, sekalian membangunkan sahur," ujar Ketua Panitia Acara Ari Makyol, saat disambangi di sekretariat SmecK Hooligan Jalan Gedung Arca, Kamis (18/8).

Ari menjelaskan, tidak hanya berbuka bersama di seputaran Stadion Teladan, pihaknya saat ini sudah mempersiapkan panggung untuk penampilan beberapa band seperti Wacaucau Band, Campina, dan Hip Hop, untuk menghibur warga yang melintasi kawasan tersebut.

Dibarengi acara musik, dijelaskannya juga ada sesi shering dengan para mantan pelatih PSMS dan legiun Ayam Kinantan priode 2010-2011, yang sudah mereka rencanakan memanggil Suimin dan Doni F Siregar.

"Bukan diskusi tetapi bentuknya shering saja. Kemungkinan besar mantan pelatih akan kita undang Om Suimin, sementara dari pemain Doni F Siregar. Kita mau acara ini benar-benar beda dan memang bisa ditujukan untuk kalangan pemuda penggila bola," ujar Ari.

Hal senada diutarakan Ketua Umum Smeck Hooligan Wahyudinata Simangunsong, yang menjelaskan mendekati tengah malam kelompok mereka akan melakukan saur on the road mengelilingi jalanan ibu kota Medan seperti Lapangan Merdeka, Jalan Gatot Subroto, Jalan S Parman, Jalan Pattimura, Jalan Mongonsidi, Jalan Juanda dan kembali ke Stadion Teladan.

Dijelaskan Nata, kegiatan seperti ini sebenarnya sudah kali kedua mereka gelar yang dimulai pada puasa tahun lalu. Tetapi memang, dikarenakan keterbatasan dana membuat kegiatan mereka tidak tampil eksklusif dan sesederhana mungkin.

"Kalau untuk sementara kita hanya bisa melakukan event seperti ini saja. menyediakan empat tenda dari sponsor dan panggung untuk pertunjukan band hanya itu yang bisa kita lakukan. Sebenarnya kami pingin membagikan sembako, tetapi dana belum mencukupi," ujar Nata.

Untuk itu pihaknya membuka kesempatan bagi siapa saja baik perorangan maupun kelompok atau perusahaan menyumbangkan uang atau barang, yang nantinya bisa disumbangkan untuk orang-orang kurang mampu dan kaum dhuafa yang ada di seputaran Stadion Teladan Medan.(Irf/tribun-medan.com)

PSMS Mendaftar Sebagai Klub Profesional

PSMS Mendaftar Sebagai Klub Profesional
10:08, 11/08/2011

PSMS dan 45 klub nasional lainnya telah mendaftarkan diri ke PSSI Pusat sebagai klub profesional, Rabu (10/8) kemarin. Hal ini ditempuh sebagai salah satu syarat bermain di kasta tertinggi sepak bola nasional.

Media Officer PSSI, Asep Saputra, menyebutkan hingga Rabu pukul 15.30 WIB, sudah ada 46 klub yang menyerahkan surat tersebut. Dari data PSSI, sebagian klub itu berasal dari Liga Super Indonesia, Divisi Utama dan Liga Primer Indonesia.

Namun PSSI akan tetap menilai lima aspek seperti aspek legal, keuangan, SDM, infrastruktur dan pembinaan usia muda. Jika aspek tersebut terpenuhi barulah ada kans untuk bertanding di arena paling top sepak bola nasional.
“Kita akan mengikuti seluruh syarat yang diminta PSSI. Aspek yang akan dinilai juga akan kita lengkapi. Semoga PSMS bisa kembali main di kasta tertinggi,” kata Freddy Hutabarat Ketua Bidang Kompetisi PSMS kemarin.

“Selain menyatakan ikut dan siap menjadi klub profesional, kami juga akan berupaya agar Stadion Teladan sebagai salah satu aspek legal harus dibenahi secepatnya. Kami akan berupaya,” pungkas Freddy.

Berikut daftar klub yang menyerahkan surat kesediaan profesional kepada PSSI: 1.Sriwijaya FC 2. PS Bengkulu 3. Persita Tangerang 4. Batavia Union 5. Persija Jakarta 6. Persitara 7. Jakarta FC 8. Persib Bandung 9. Pelita Jaya 10. Persikabo kab. Bogor 11. Persikab kab. Bandung 12. Bandung FC 13. Bogor Raya FC 14. PSGL Gayo Luwes 15. PSMS Medan 16.

Persiba Bantul 17. PSIM Yogyakarta 18. PSS Sleman 19. Real Mataram 20. Persijap Jepara 21. PSIS Semarang 22. PSCS Cilacap 23. Persip Pekalongan 24. Persis Solo 25. Semarang United 26. Solo FC 27. Deltras Sidoarjo 28. Arema Malang 29. Persela Lamongan 30. Persik Kediri 31. PSBI Blitar 32. Madiun Putra FC 33. PSBK Blitar 34. Persema Malang 35. Persebaya 1927 36. Bali Devata 37. Barito Putra 38. Persiba Balikpapan 39. Mitra Kukar 40. Persisam Putra Samarinda 41. Persemalra Langgur 42. Perseman Manokwari 43. Persipura Jayapura 44. Persidafon Dafonsoro 45. Persiwa Wamena 46. Cenderawasih Papua. (ful)

Sabtu, 23 Juli 2011

Fanatisme dan professional

Saya mencoba mengartikan kata fanatisme dan professional.fanatisme menurut saya adalah suatu kecintaan atau jiwa nasional terhadap tempat dimana dia dilahirkan misalnya fanatisme seorang pemain yang ingin membela klub asal tempat dia dilahirkan. Kalau professional adalah suatu tuntutan kerja atau pengabdian terhadap pekerjaan yang di gelatin .
Fanatisme tanpa professional sama saja dengan nol,professional tapa fanatisme itu hanya sebuah pengabdian pekerjaan yang di gelatin nya tapi kalau fanatisme dibarengin professional itu baru sempurna.kedua kalimat judul di atas saling bertolak belakang kalau tidak bisa saling melengkapi.
Banyak pemain PSMS MEDAN ataupun pemain asal medan yang ingin main di PSMS karena dilandasi sikap fanatisme. Tetapi dengan hanya sikap fanatisme itu tidak dibarengin dengan respon sikap professional pengurus PSMS medan sama saja itu tidak sejalan.
Banyak atau sedikit pasti ada salah seorang pengurus yang aktif di PSMS hanya mencari uang saja tapi tidak mengerti apa itu sepakbola dan tidak mengetahui bagaimana mengelola sebuah klub professional.
Sungguh ironis memang jika PSMS MEDAN ingin berprestasi akan tetapi pengurunya tidak professional.
Aku dan seluruh supporter PSMS MEDAN lainnya hanya bisa mendesak tanpa bisa bertindak lebih jauh untuk membuang pengurus-pengurus yang tidak professional itu!!!

Penulis: AKBAR MAULANA

Minggu, 17 Juli 2011

Awan gelap belum mau pergi dari Langit PSMS MEDAN!!!!

Setelah gagal yang sangat menyakitkan di babak 8 besar, PSMS MEDAN seakan tinggal nama,pemain dan seluruh official di bubarkan, tapi setelah di bubarkan masalah klasik muncul yaitu pelunasan sisa gaji pemain yang di bubarkan itu. Seolah dipermainkan oleh pengurus PSMS MEDAN ada dari beberapa pemain menyewa pengacara untuk menuntut gaji mereka. Di saat itu juga mantan pemain PSMS MEDAN yaitu JOSE SEBASTIAN menuntut PSMS MEDAN ke FIFA dengan alas an gaji nya juga belum dibayar setelah diputus kontrak nya di pertengahan kompetisi namun masalah jose sudah selesai.

Belum lagi wacana baru tentang pembentukan skuad baru musim depan dengan dibentuknya PSMS MEDAN U-21 namun belum lagi dibentuk banyak yang pesimistis terhadap pembentukan PSMS U-21,tapi tak sedikit juga yang optimis terhadap pembentukan PSMS MEDAN U-21.
                PSMS MEDAN U-21 dibentuk sebagai penghubung antara PSMS MEDAN JUNIOR dengan PSMS MEDAN SENIOR dan sebagai stok pemain PSMS MEDAN junior.
                Satu wacana lagi yaitu setelah 8 tahun tidak menggelar kompetisi antar klub binaan PSMS MEDAN ,kini akan digulirkan lagi yg rencana nya akan bergulir pada bulan agustus 2011 dengan diikuti 31 tim yang bertajuk “PIALA PSMS” Sama hal nya dengan PSMS U-21 Kompetisi ini nanti nya akan melahirkan pemain potensial yg dapat menjadi stok pemain PSMS MEDAN senior
                Bagi ku, kedua wacana diatas jika memang benar-benar dijalankan dengan sesuai prosedur maka PSMS MEDAN dapat menghemat uang pengeluaran untuk beli pemain dan di masa yg akan dating pemain yang telah dibina dapat menjadi asset berharga buat PSMS MEDAN. Tapi jika ini Cuma sekedar akal-akalan pengurus maka hasil nya tidak sesuai dengan keinginan kita semua pecinta PSMS MEDAN

KAMI SUDAH BOSAN DENGAN PRESTASI PSMS MEDAN SEKARANG INI DAN MUAK DENGAN PARA PENGURUS PSMS MEDAN SAAT INI, JIKA TAK SANGGUP LEPASKANLAH JABATAN ITU PAK MASIH BANYAK YANG PANTAS MEMEGANG JABATAN ITU PAK, KAMI MAU PRESTASI BUKAN MAU KEGAGALAN!!!

Mau dibawa kemana PSMS MEDAN yang kami contain ini??? Semoga musim depan merupakan musim nya PSMS MEDAN, RAP RAP ALA anda RAP RAP SUDE akan terus menggema!!!! SPIRIT 1950 terus kita tingkatkan di kalangan supporter PSMS MEDAN!!!!

PENULIS: AKBAR MAULANA (SEORANG SUPORTER PECINTA MATI PSMS MEDAN).

Senin, 13 Juni 2011

Manis dan pahit nya cinta


Manis dan pahit nya cinta

Cinta , cinta itu apa ya????? Bingung menerjemahkan cinta… tapi menurut ku cinta itu adalah kasih sayang terhadap sesorang. Cinta itu luas pengertian nya .

Cinta tidak selamanya indah dan tidak selamanya buruk ,, tapi yang sakit nya kalau cinta itu hanya ada di saat awal pacaran saja , tapi di tengah-tengah selingkuh , berdua ma cowok lain.  Hmhmhmhmmhm panas jadi nya

Manis nya cinta ya bisa terus bersaMA nya sepanjang masa dan abad :P  , saling setida,saling menyanyangi dan mencintain.
Kalau pahit nya ya mungkin di selingkuhi dan si dia jalan atau apalah gitu ma orang lain dan ada dusta diantara mereka

Apakah kita bisa dapat cinta yang manis???? Atau kah kita dapat pahit nya cinta??? Iitu bisa di jawab dengan perasaan masing-masing

Manis nya cinta bisa di dapat jika dari masing-masing pasangan menerapkan system saling terbuka dan jangan ada dusta alna dusta itu menyakitkan…

Inti dari catatan ini adalah bagaimana pun pasti kita pernah merasakan manis pahit nya cinta, tapi bagaimana pun cinta itu indah jika kita dapat mengatur,menjaga,konsisten dan setia.

Catatan : akbar Maulana

Jumat, 10 Juni 2011

PSMS Bintang, Bintang PSMS, Medan City, PSMS 1950

PSMS Bintang, Bintang PSMS, Medan City, PSMS 1950

Catatan Sepakbola | T Agus Khaidir

Beberapa waktu lalu, dalam percakapan bersama beberapa rekan pada forum diskusi level warung kopi, tentunya setelah ngalor ngidul kesana kemari mulai soal heboh SMS "main belakang" Nazaruddin hingga Lionel Messi, sekonyong-konyong tercuat topik soal PSMS.
BUKAN menyangkut kegagalan menyakitkan di putaran delapan besar yang hingga detik ini penyebabnya masih menyisakan misteri. Bukan pula terkait ribut-ribut beberapa eks pemain yang menyebut gajinya yang sampai detik ini belum dibayarkan. Tapi perihal wacana peleburannya dengan Bintang Medan.

Disebut wacana karena sejauh ini memang baru sekadar ide. Itu pun kemudian diketahui bukan dicetuskan oleh kedua lembaga bersangkutan. Para petinggi manajemen PSMS Medan maupun Bintang Medan sama-sama terkejut mendengarnya.

Sebelum masuk pada keterkejutan itu, barangkali ada baiknya dirunut dulu seperti apa idenya. Ide yang ketika dipandang sekilas pintas memang memukau, memesona, menakjubkan, tapi setelah dicermati lebih jauh dan lebih dalam ternyata -meminjam kalimat yang biasa muncul dalam kisah-kisah humor tahun 1950an (yang rata-rata ditulis oleh pengarang peranakan Indonesia-Tionghoa)- amatlah loetjoe sampai bikin moelas peroet.

Ide besarnya adalah penyatuan Indonesia Super Liga (ISL) dan Liga Primer Indonesia (LPI): liga "negeri" dan "swasta" di negeri ini. Konon FIFA sudah memberi ultimatum agar dagelan yang sesungguhnya tak lucu ini segera dihentikan. "Kami cuma mau mengakui satu liga. Kalian pilih satu di antaranya," barangkali begitu Sepp Blatter berkata.

Karena hampir tidak mungkin menghentikan ISL (dan seluruh turunannya hingga divisi III), maka sudah barang tentu LPI yang harus dihilangkan. Namun sudah tentu pula hal ini tidak semudah membalik telapak tangan. Bagaimanapun konsorsium LPI telah berbuat untuk sepakbola negeri ini  (kalimat lain untuk menyebut sudah mengeluarkan dana yang jumlahnya tidak sedikit). Liga telah digelar: ada jadwal pertandingan, ada klub, ada pelatih, pemain, ofisial, ada panitia pertandingan, ada tukang catut karcis, ada pedagang asongan, ada tukang parkir, dan lainnya. Pendek kata, ada banyak orang yang mencari makan di sana dan karena faktor kemanusiaan juga harus masuk sebagai parameter perhitungan.

Barangkat dari sini ide yang muncul bukan pembubaran, tapi penyatuan. Dua belah pihak setuju. Yang belum disepakati adalah konsep penyatuannya. Kemana LPI akan dilebur? Nah, sampai di sini, seperti Belanda yang sudah dizinkan masuk untuk berbisnis jual beli rempah tapi kemudian serakah mau mencaplok tanah, "orang-orang" LPI, lewat kepercayaan diri tingkat tinggi ngotot ingin masuk ke ISL, kasta tertinggi sepakbola nasional. Artinya, klub-klub yang baru dibentuk rata-rata satu tahun ini (kecuali PSM Makassar, Persema Malang, Persebaya Surabaya, dan Persibo Bojonegoro), melesat langsung melewati tiga jenjang. Padahal tiap tahun ratusan klub berjuang satu musim kompetisi penuh (sekitar 9-10 bulan) untuk naik level.

Mungkin karena banyak yang mentertawakan kekonyolannya, kengototan ini surut. Berganti wacana lain, yakni merger, peleburan. Klub LPI melebur dengan klub dari liga PSSI yang berada dalam satu wilayah. Misalnya, Persija dengan Batavia Union atau Jakarta 1928, Persipura dengan Cendrawasih Papua, Semen Padang dengan Minangkabau FC, Persiraja dengan Aceh United, Persib dengan Bandung FC, dan lainnya, termasuk Pro Titan dengan Medan Chiefs dan PSMS dengan Bintang Medan. Tujuannya sama, masuk ke ISL.

Sampai di sini muncul tiga tanda tanya. Pertama, klub yang tidak memiliki patner merger di satu wilayah akan pergi kemana? Ke ISL, ke Divisi Utama, ke Divisi I atau kemana?

Contohnya Bali De Vata. Kemana mereka akan melebur? Bali sebenarnya bukan tak punya klub yang berkiprah di Liga Indonesia. Namun Persegi Gianyar dan Persekaba Badung hanya berada di Divisi I. Perseden Denpasar bahkan lebih jauh lagi di level bawah. Apakah klub LPI nan merasa diri elitis ini mau berkompetisi di sana? Rasanya tidak. Karena jika tidak, tentulah Bintang Medan tak hanya membidik PSMS yang berada di Divisi Utama. Mereka pasti juga akan melirik Medan Jaya atau PSDS Deliserdang yang saat ini berkutat di Divisi I.

Tanda tanya kedua dan ketiga memiliki keterkaitan satu sama lain karena sama-sama berhubungan dengan kata sepakat. Apakah klub-klub Liga Indonesia mau saja dimerger?

Peleburan hakekatnya menguatkan. Bagaimana jika upaya peleburan justru tidak merujuk ke arah itu? Bukan bermaksud menyepelekan. Tapi apalah, misalnya, yang bisa diharap dari Cendrawasih Papua? Apakah mereka bisa menambah soliditas, kemapanan teknik, dan ketajaman yang sudah terbentuk di antara Boaz Salossa dan kawan-kawan yang tahun ini kembali menjuarai ISL? Kekuatan kedua klub ini ibarat bumi dan langit. Yang satu juara kompetisi level tertinggi, bahkan melesat memberi sengatan di Liga Champions Asia, yang satu terpuruk di dasar klasemen LPI.

Alangkah beruntungnya Cendrawasih. Alangkah malangnya Persipura. Atau mungkinkah mereka sedikit menurunkan posisi tawar, merayu untuk melebur bersama Persiwa Wamena? Atau, jika memang upaya menyeberang ke ISL cukup dengan melebur dengan klub Divisi Utama, bisakah mereka mendekati Perdafon Dafonsoro, Persiram Raja Ampat, atau Perseman Manokwari?

Belum lagi jika bicara dari sudut pandang cocok tak cocok. Lihatlah ke Malang! Arema dan Persema, sampai datang "hari kiamat" sekalipun barangkali tidak akan mau saling melebur. Arema telah lama memproklamirkan diri sebagai "suara rakyat", sedangkan Persema sebaliknya, "nafas birokrat". Mereka bermusuhan dari sisi filosofis dan ideologi, seperti halnya Real dan Atletico di Madrid atau Juventus dan Torino di Turin.

Baiklah dari Malang akan datang dua tim. Bagaimana kota-kota lain? Persija, apakah akan melayani peleburan sekaligus dari Batavia Union dan Jakarta 1928? Jika Macan Kemayoran menolak, kemana bidikan beralih? Ke Persitara yang berada di Divisi Utama? Atau ke Persikota dan Persita Tangerang dengan risiko bersaing dengan Tangerang Wolves? Juga Persiba Bantul, apakah akan lapang dada bersedia membonceng Ksatria Solo FC dan Real Mataram, setelah mereka berjuang sampai nafas ngos-ngosan untuk bisa lolos ke ISL?

Sampai di sini saja kekacauan sudah sangat kompleks. Tapi itu belum cukup. Masih ada kekacauan lain yang lebih prinsipil sifatnya. Sebagaimana lazimnya peleburan, tentulah diperlukan nama baru sebagai penanda identitas terkini. Keliru benar jika menganggap perkara mengubah nama ini seremeh hal serupa dalam program custom game pada winning eleven, pro evolution soccer, atau football manager. Di alam nyata, nama ini menyangkut karakteristik, sejarah, bahkan kehormatan.

Belum jelas di daerah lain, tapi untuk wacana merger PSMS Medan dan Bintang Medan, sejauh ini sudah tercetus empat opsi nama, yakni PSMS Bintang, Bintang PSMS, Medan City, dan PSMS 1950. Tapi persoalannya, apakah orang Medan setuju?

Sampai kapan pun mungkin tidak. Maka seperti para petinggi manajemen PSMS dan Bintang Medan, keterkejutan yang sama juga muncul dari para dedengkot kelompok suporter. Nata Simangunsong dari SMeCK Hooligan menyebutnya sebagai wacana ngawur. Usman Toekoel lebih keras lagi bersuara. Pentolan PSMS Fans Club ini, sang peneriak di pagar tribun sektor utara Stadion Teladan, pada akun Facebook miliknya menuliskan kalimat ini: "Mau BM, PSMS Bintang, suka kalian lah itu, yg jelas kami bukan penjilat. Hanya PSMS Medan yang kami dukung. Selain itu haram."

SMeCK memiliki kurang lebih 10 ribuan anggota yang loyal dan rela melakukan hal paling gila sekalipun demi PSMS. Semboyan mereka yang terkenal berbunyi "PSMS Sampai Mati". PSMS Fans Club tidaklah kalah militan. Masih pula ada Kampak FC yang meneriakkan ketidakrelaan serupa. Jadi apalagi! Rasanya tak ada suara lain yang lebih sahih dari suara mereka.(*)





RENOVASI STADION TELADAN BAGAI MIMPI DI SIANG BOLONG

STADION TELADAN DIRENOVASI BAGAI MIMPI DISIANG BOLONG

Siapa yang gak kenal stadion teladan????? Yang dulu merupakan stadion terbesar setelah SUGBK , dan pernah di helat perandingan tim seri A italia, tapi stadion teladan dimakan waktu dan zaman dengan tidak disertai dengan perawatan yang berarti.
Mengingat historis puluhan tahun silam, PSMS Medan berjaya. Meskipun turun kelas, Ayam Kinantan tetap menawan dan mempesona. Tingkat Nasional, tim kebanggaan kota Medan ini sudah menyandang enam kali gelar juara – semenjak kompetisi resmi PSSI tahun 1951. Bahkan berhasil pula mengambil gelar juara berturut-turut di tahun 1967, 1969 dan 1971. Tak cukup sebagai jawara di tanah air, juga mengukir prestasi di tingkat Asia.

The Killer – julukan lain dari PSMS Medan, mencatat sebanyak lima kali mengikuti kejuaraan di luar negeri. Dalam Turnamen bertajuk Aga Khan Gold tahun 1967 di Dakka Pakistan Timur (Bangladesh, Red), PSMS keluar sebagai juara. Dua gol dari Tumsila menumbangkan klub tuan rumah Mohamaden dengan skor 2-1. Berlanjut di tahun 1977, dalam gelaran Quenn Cup di Bangkok. Sayangnya, anak-anak Medan ini gagal menempuh babak semifinal. Terakhir, PSMS Medan mencatatkan sebagai tim pertama dari Indonesia yang lolos sampai babak 16 besar, di AFC Cup 2009 lalu.Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya. Itulah sederetan fakta. Kebenaran dan kebanggaan yang pelan-pelan luntur, akibat menurunnya prestasi.

Prestasi PSMS Medan dimana sebuah zaman, saat Stadion Teladan berdiri megah. Stadion yang layak untuk ditandangi klub – klub dari Asia, seperti Korea, Jepang, Vietnam, Singapura dan Burma. Stadion Teladan yang melahirkan sejarah hingga cerita menarik lainnya. Perseteruan dan perselihan tumbuh di kalangan pemain. Misalnya protes kapten klub Vietst, Nguyen Van Mon. Terkait keputusan wasit Takayama dari Jepang, atas hakim garis Polinandu yang tidak melihat offside pemain PSMS. Ada juga juga perseteruan pemain Korea Selatan dengan anak-anak bola Vietnam Selatan. Belum lagi kericuhan antara Tumsila (PSMS) dan Jacob Sihasale plus Didiek dari Persebaya.
Setelah dibangun menyambut even Nasional PON III 1953 di Sumatera Utara, Stadion Teladan saat itu sangat representative. Tak hanya dari deretan Asia, klub dari Australia dan Belanda hingga Lokomotiv Rusia sekalipun pernah menginjakan kakinya.

Termasuk tim selevel Seri A Liga Italia, Samdoria di tahun 1996, saat melawan tim nasional Indonesia. Tingginya arus kompetisi di Stadion Teladan membuahkan pemain bintang.
Kota Medan menjadi salah satu barometer sepakbola di Indonesia. Tercatat dalam sejarah nama-nama seperti Ramlan Yatim, Manan Laly, Ramli Yatim, Buyung Bahrum, Rasyid, Anwar Daulay, Idris, Jusuf Siregar, Syamsudin, Ahmad Kadir dan Cornel Siahan (PSMS tahun 1950-an). Menyusul terdapat Yuswardi, Muslim, Rudy Siregar, Jamaluddin, Zulham Yahya, Sunarto, Edy Suwardi, Abdul Rahim, Zulkarnaen, Ipong Silalahi dan Nawir Siregar di tahun 1960-an. Berlanjut ke tahun 1987, zamannya Sunardi B dan juga Nobon, Ponirin hingga pemain Parlin Siagian.

Kini waktu terus berjalan. Banyak harapan besar yang diwariskan untuk melanjutkan tradisi hebat tersebut. Sayangnya, harapan itu gagal total. Kota Medan seperti bermimpi dalam kondisi yang tidak tertidur. Berharap berprestasi namun tidak bekerja. Apalagi pasca Badan Liga Indonesia (BLI) memperlakukan proses verifikasi soal infrakstrur Stadion (2008/2009) lalu. Sepakbola Medan mati suri. Beberapa fasilitas penunjang seperti ruang ganti, lampu, rumput tidak sesuai dengan manual untuk menggelar Indonesia Super League (ISL). Stadion Teladan menjadi saksi mati prestasi PSMS.

Kota Medan tidak lagi menjanjikan bagi pemain bola. Banyak pemain memilih berkarir di luar Medan. Satu bukti nyata, adalah pemain yang membawa PSMS ke final 2008 lalu pun ikut kabur. Tanpa magnet besar, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Markus Ririhina dan Legimin Rahardjo ada generasi terakhir emas tim berlogo Tembakau ini. Bagaimana untuk kelanjutannya? Siapapun akan kesulitan untuk menjawabnya. Sekalipun anda dedengkot di PSMS. Selentingan nasib PSMS bergantung hasil Pilkada Kota Medan selalu mewarnai.

Itulah sebuah pandangan yang sudah tertanam dari belasan tahun lalu. Akibatnya, sulit mengantungi harapan PSMS bisa bangkit kembali. Apalagi saat ini bermain di level Divisi Utama. Sebuah fakta tambahan yang menyatakan tidak akan ada lagi calon bintang dari PSMS. Sebuah kondisi yang memiriskan hati kita pencinta Ayam Kinantan. Padahal sebelum proses verifikasi, Stadion memberikan efek yang luar biasa. Skuad Merah Putih bermaterikan pemain yang berasal dari Medan. “Kalau waktu dulu main di Medan, bulu kita sudah merinding duluan sebelum bertanding,” kata Rudi Keltjes, pelatih yang pernah merasakan kerasnya atmosfer di Stadion Teladan. Lantas, bagaimana cara mengembalikan kebesaran itu?

Orang-orang selalu mencanangkan program pembinaan. Namun selain itu, ada faktor lain yang sangat menentukan dan sudah terbukti menjadi ikon penting. Infrakstruktur adalah menjadi pendorong utama melahirkan kembali pemain berbakat. Membangun stadion baru atau merenovasi Stadion Teladan memang harus segera dilakukan. Sejarah PSMS puluhan tahun lalu menegaskan, Stadion yang representative melahirkan pemain bintang.. Saat itu Stadion Teladan memberikan efek luar biasa bagi Kota Medan. Membangun atau merenovasi Stadion Teladan adalah hal yang bisa mengangkat moral pemain untuk bergairah naik ke Indonesia Super League (ISL).
Sepakbola juga akan terus mengalami kemajuan. Ribuan anak-anak dari Sumatera Utara tetap bercita-cita menjadi pemain bola. Di satu sisi lagi, dalam jumlah yang sama juga merindukan tontonan yang menarik tersebut. Sepakbola itu tidak pernah mati, selalu beregenerasi. Dengan infrakstruktur stadion yang layak, menghasilkan makna kepuasan. Melahirkan sebuah permainan yang menarik dan nyaman. Selain itu juga mampu meminimalisir tingkat benturan atau cedera pemain.



Selain menjadi sebuah entertaint, stadion yang layak menjadikan ajang beredukasi. Rumput yang berkualias melahirkan permainan yang punya identitas. Medan sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, masih belum memilikinya. Soal Stadion kalah dengan kabupaten di daerah lain, seperti Madiun dan Cirebon atau juga Sleman. Tidak memiliki klub professional, mereka memiliki Stadion yang lebih baik dari Stadion Teladan.
Apa harus jadi tuan rumah PON dulu baru di renovasi???? Atau tunggu terjadi bencana dulu baru di renovasi atas bantuan FIFA???? Kita tak ingin kota medan terkena musibah. Tapi sampai kapan kah stadion teladan akan seperti ini terus????
Sebuah pertanyaan yang mendasar dari lubuk hatii dan keinginan melihat stadion teladan menjadi stadion standard internasional
Apalagi kota medan akan membuat program “visit kota medan 2012” semoga dengan ini stadion teladan akan direnovasi agar kota medan akan menjadi kota yang banyak dikunjungi para wisatawan asing maupun local.
Dengan di renovasi stadion teladan akan membangkitkan lagi animo penonton ke stadion teladan dan secara tidak langsung akan merangsang kembali masa kejayaan PSMS MEDAN .

Lihat saja pada waktu PSMS MEDAN VS PRO TITAN baru 15 menit saja di guyur hujan stadion teladan sudah tidak dapat dipakai lagi  terpaksa di tunda , untung saja kesetiaan SMeCK HOOLIGAN tidak luntur karena hujan deras , mereka rela menunggu dan kehujanan sedangkan 2 kelompok supporter PSMS MEDAN  yang lain udah pulang, mereka pun melakukan aksi heroik dengan menguras lapangan dan pertandingan Di Lanjutkan. Lhat juga pada pertandingan pro titan vs persiraja sama juga kejadian nya hujan 15 menit lapangan sudah tidak bisa dipakai.

Tapi dari ini semua aku yakin stadion teladan akan kembali berdiri megah dan kembali nya kejayaan PSMS MEDAN , tapi itu kapan kah stadion teladan renovasi??? Stadion teladan di renovasi bagai mimpi disiang bolong.

Catatan pribadi ku dengan kutipan catatan lain : AKBAR MAULANA

Kamis, 09 Juni 2011

Suporter: Revolusi pengurus PSMS!

Suporter: Revolusi pengurus PSMS!

WASPADA ONLINE


(WOL Photo/Austin Antariksa)
MEDAN - Kegagalan PSMS Medan mencapai Superliga dalam dua musim terakhir membuat masyarakat pecinta Ayam Kinantan gerah. Terutama musim ini, disaat harapan terbuka lebar dengan lolosnya PSMS ke babak delapan besar. Untuk itu, tuntutan merevolusi pengurus kembali menggema.

Salah satu yang gencar bersuara adalah Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan. SMeCK kerap melontarkan tuntutan agar dilakukan perubahan di tubuh pengurus maupun manajemen PSMS. Tentunya individu-individu yang duduk di kursi kepengurusan. “Menurut kami, pengurus sekarang memang harus direvolusi. Manajemen juga harus dari pihak yang paham betul cara memajukan PSMS. Kami tahu ini tak mudah, tapi kami siap bantu,” ujar Ketua Umum SMeCK Hooligan, Nata Simangunsong, kepada Waspada Online tadi malam.

Satu hal yang menjadi catatan adalah menyoal mendatangkan pemasukan bagi PSMS di luar APBD. Tak dipungkiri selama ini PSMS masih sangat bergantung pada anggaran dari pemerintah daerah. “Pengurus dan manajemen yang ada selama ini masih sebatas paham mengurus bola, tapi tidak paham membuat klub bola yang diurus menjadi klub profit. Maka itu mari kita coba sama-sama untuk menjadikan PSMS sebagai klub yang berhasil lepas dari APBD dan bisa untung dari segi pemasukan,” tukasnya.

Yang tentunya juga perlu disorot adalah penggunaan APBD yang tak pernah ada transparansi. Termasuk pemasukan dari penjualan tiket saat PSMS menggelar laga kandang di Stadion Teladan. Wajar saja jika dugaan-dugaan lantas muncul. “Kalau pakai APBD, harusnya ada laporan yang diketahui publik. Jangan sampai ditutupi seolah-olah memang ada yang tidak beres,” lanjut Nata.

Beredar wacana bakal ada perubahan di struktur kepengurusan setelah Walikota Medan Rahudman Harahap duduk di kursi ketua umum. Terutama di posisi-posisi vital seperti Sekretaris Umum, Ketua Harian, dan lainnya.

Rabu, 08 Juni 2011

12 Juni Penentuan Pemain Yang Dipertahankan

12 Juni Penentuan Pemain Yang Dipertahankan
|
psms-kado.jpg
TRIBUN MEDAN/TAUFAN WIJAYA
TRIBUN-MEDAN.com MEDAN -
Seluruh mantan pemain PSMS akan dikumpulkan pada 12 Juni mendatang. Agendanya ialah pelunasan hak-hak pemain berupa gaji dan pengumuman pemain yang dipertahankan atau tidak. Hal ini disampaikan Sekum PSMS, Idris S.E.

Jadwal ini diundur kembali. Sebelumnya dijanjikan 7 Juni, lalu dimundurkan 10 Juni dan terakhir 12 Juni. Idris menyebutkan ada sedikit kendala teknis. Sehingga pihaknya terpaksa mengundur pertemuan tersebut.

"Ada beberapa pemain yang akan dipertahankan. Tentu ini harus diberitahukan secara langsung," ujarnya kepada tribunmedan.com, Selasa (7/6/2011). Tetapi hingga saat ini pemberitahuan kepada mantan pemain masa kontrak 2010/2011 belum disampaikan. 

Selasa, 07 Juni 2011

Sejak Bocah Cinta PSMS

Sejak Bocah Cinta PSMS

|

Wartawan Tribun Medan/raf
TRIBUN-MEDAN.com,  MEDAN - Sejak mulai mengenal sepakbola dan oleh kawan-kawan sepermainannya dinobatkan sebagai "yang terjago", hanya ada satu keinginan dibenak Rinaldo. Ia ingin menjadi bagian dari PSMS Medan. Padahal klub besar yang berada paling dekat dengan kampungnya adalah PSDS Deliserdang.

"Aku juga nggak tahu kenapa. Mungkin karena semenjak kecil aku lebih sering mendengar soal PSMS. Sejak masuk usia remaja sebenarnya aku sudah main untuk PSDS. Tapi begitulah, keinginan untuk masuk PSMS tetap saja menggebu," kata Rinaldo dalam perbincangan dengan Tribun, melalui sambungan telepon dari Medan, Senin (6/6). Rinaldo saat ini sedang berlibur di "kampungnya", Perbaungan, sebuah kota kecil di Kabupaten Serdangbedagai.

Sebelum menjadi bagian dari Serdangbedagai, selama berpuluh tahun Perbaungan masuk ke wilayah Kabupaten Deliserdang. Dari kota kecil ini lahir cukup banyak pemain PSDS Deliserdang. Pamor PSDS, terutama saat masih berada di kompetisi Perserikatan dan Liga Indonesia (pra ISL) pada dasarnya setara PSMS. Namun itu tadi, perkara rasa suka tak dapat diperdebatkan.

"Waktu musim lalu bisa masuk PSMS rasanya senang sekali. Apalagi aku beberapa kali dipercaya jadi pemain utama. Aku bahagia main di PSMS. Kalau bisa, aku ingin main di sini untuk jangka waktu lama. Aku ingin jadi starter musim depan. Ingin bawa PSMS ke ISL," ujarnya.

Tapi hingga saat ini Rinaldo belum dihubungi manajemen PSMS Medan. Padahal di saat yang sama, kontak telah dilakukan manajemen PSLS Lhokseumawe. "Mereka kontak belum lama ini. Menawarkan aku untuk main di sana. Tapi jawaban belum aku berikan. Bagaimana pun PSMS tetap nomor satu di hati. Aku berharap ada sinyal secepatnya dari manajemen," kata Rinaldo.(raf)

SMeCK Hooligan Nilai Merger Tak Rasional

SMeCK Hooligan Nilai Merger Tak Rasional
RandyHutagaol
TRIBUN-MEDAN.com MEDAN - Wacana merger PSMS Medan dan Bintang Medan mendapat tanggapan dingin dari SMeCK Hooligan. Wacana itu disebutkan sebagai angin lalu. Tidak memiliki pijakan rasionalitas yang kuat.
Ketua Umum SMeCK Hooligan, Wahyudinata Simangunsong menyebutkan wacana itu tidak perlu ditanggapi dengan serius. “Rasionalitasnya apa coba?. SMeCk tetap mendukung PSMS dan Bintang Medan. Tetapi soal merger itu terlalu dini untuk digembar-gemborkan. Parahnya lagi sulit diterima akal sehat di tengah kekisruhan PSSI ini,” katanya, Selasa (8/7).
Nata menyebutkan pihaknya sudah beraudiensi dengan Ketua Umum PSMS Rahudaman Harahap dan CEO Bintang Medan Dityo Pramono. Namun tidak ada sedikitpun haluan ke arah merger. “Saya pikir yang mewacanakan itu tidak memiliki kapasitas mengatakan itu. Karena itu tidak perlu dikomentari lah,” pungkasnya.(raf/ tribunmedan.com)

Avian: Nama besar PSMS dipertaruhkan

Avian: Nama besar PSMS dipertaruhkan
DONI HERMAWAN
Koresponden Olahraga
WASPADA ONLINE


(WOL Photo)
MEDAN - Peraturan pemerintah yang akan berlaku pada 2012 kelak menyoal larangan asupan APBD membuat klub-klub sepakbola di tanah air was-was. Tak dipungkiri sumber keuangan rata-rata klub di tanah air masih total mengandalkan anggaran dari pemerintah daerah, termasuk PSMS Medan, klub sepakbola daerah kebanggaan masyarakat Sumatera Utara.

Terbukti dari Rp11 miliar pengeluaran klub musim lalu, tiga perempatnya berasal dari bantuan APBD. Sebanyak Rp7 miliar, Ayam Kinantan mendapat bantuan dari APBD dan selebihnya PSMS mencari sumber pendanaan lain baik dari sponsor maupun penjualan tiket penonton.

Lalu bagaimana kelangsungan PSMS ke depan setelah dana APBD distop pemerintah?

Menurut Regional Vice President BD Liga Primer Indonesia (LPI), Avian Tumengkol, kelangsungan PSMS menjadi perhatian masyarakat luas di Medan, khususnya di kalangan suporter. Karena itu, menurut Avian, pihak manajemen PSMS perlu segera mematangkan rencananya untuk menyelematkan PSMS dari ketidakikutsertaannya dalam liga nasional mendatang.

Avian menjelaskan, ke depan diharapkan akan terjadi langkah integratif dengan semua liga yang ada saat ini, khususnya ISL (Indonesian Super League) dan LPI (Liga Primer Indonesia). "Saya melihat PSSI kita ke depan akan bersatu diantara beberapa pihak. Tapi saya cukup yakin pascakongres nanti, hasilnya akan menguntungkan semua pihak yang bisa menjamin masa depan sepakbola nasional kita akan berada pada jalur yang tepat," jelasnya, kepada Waspada Online, malam ini.

"Merger diantara PSMS dan Bintang Medan di LPI adalah langkah yang menurut saya tepat, dan akan menguntungkan kedua pihak. Bahkan, sebenarnya merger ini akan sangat menguntungkan PSMS," kata Avian.

PSMS memiliki nilai sejarah yang historis dan nama besar yang sudah bersuara di tingkat Eropa. Dengan adanya liga nasional sepakbola yang baru pascakongres, manajemen PSMS diharapkan dapat serius mengelola PSMS agar para pecinta dan penggila PSMS tetap menyatu. Pihak LPI akan fokus pada manajemen klub dan menyediakan anggaran untuk kelangsungan klub. "Tapi ISL juga punya banyak kekuatan yang perlu dipertahankan. Khususnya pemain dan suporter yang punya basis kuat. Ini harus kita hormati," papar Avian.

“Banyak keuntungan yang bisa diperoleh PSMS jika merger dengan Bintang Medan, terutama untuk pendanaan klub ke depannya. Nama besar PSMS punya sejarah panjang sejak 60 tahun yang lalu. Ini menjadi pertaruhan," tegas Avian lagi.

Ditanya soal nama yang akan digunakan jika merger, Avian membeberkan nama-nama termasuk PSMS Kinantan, PSMS Medan, PSMS 1950. "Atau PSMS Bintang juga bisa kalau mau. Itu nanti disepakati bersama dan manajemen PSMS juga perlu bahas itu dengan 40 klub itu. Tapi yang jelas, PSMS akan kembali bangkit dan jaya dengan adanya merger ini," tegasnya.

Senin, 06 Juni 2011

tak transparan

Tak Transparan

Tak Transparan
PAMERAN: Pengunjung melihat deretan foto yang dipamerkan dalam pameran foto ‘Untukmu kami persembahkan PSMSku’ oleh Pewarta Foto Indonesia Medan di kawasan Stadion Teladan.//ANDRI GINTING/SUMUT POS
 
Uang Tiket dan Sponsor tak Jelas
MEDAN-Pengurus PSMS hingga kini masih menyimpan dalam-dalam hasil pemasukan dari penjualan tiket satu musim lalu. Nilai kontrak dari sponsor yang masuk di putaran kedua juga tak disebutkan oleh pengurus dan manajemen.
Kondisi ini tentu saja menimbulkan tanda tanya. Dugaan demi dugaan pun bermunculan. Khusus untuk pemasukan tiket, hingga saat ini tidak ada transparansi dari pengurus. Padahal Panitia Pelaksana (Panpel) PSMS mengaku akan memberitahukannya ke publik. Saat itu Julius Raja mewakili panpel mengaku akan segera mengumpulkannya. Namun hingga saat ini hal itu tak terwujud. Alasannya adalah uang hasil tiket tersebut masih dihitung.
Menurut kali-kali matematika sederhana, pemasukan dari tiket selama satu musim mencapai Rp1milyar. Hitungan sederhananya adalah harga tiket Rp15 ribu yang paling murah dan Rp10 ribu untuk fans. Setiap pertandingan PSMS musim lalu, rata-rata 10 ribu penonton hadir ke Stadion Teladan. Rp10 ribu dikalikan 10 ribu sama dengan Rp100 juta. Itu satu pertandingan. Dan ingat ada juga harga tiket yang mencapai Rp50 ribu dan Rp25 ribu.
Kalau rata-rata Rp100 juta saja pendapatan tiket satu pertandingan, maka Panpel harusnya menanggok penghasilan satu musim dari 12 partai kandang senilai Rp1,2 milyar. Namun jumlah aslinya tak pernah diberitahukan secara transparan kepada publik. Padahal sebagai klub menuju profesional untung rugi selama satu musim mesti dipaparkan ke publik. Termasuk nilai pendapatan dari kerjasama sponsor, juga harus dipublikasikan.
“Kalau mau jadi klub berprestasi, profesional, harusnya hal-hal seperti itu diumumkan. Jadi publik tak menduga-duga ada tidak unsur korup di kepengurusan PSMS. Kalau diumumkan kan jadi jelas semua. Ini kesannya ditutup-tutupi, jadi semua berpikir negatif terhadap kepengurusan PSMS selama ini,” beber Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SmeCK ) Hooligan kemarin.
Di samping itu, kepengurusan PSMS pada setengah musim 2009/2010 lalu hingga musim 2010/2011 juga belum melaporkan pertanggungjawaban pemakaian APBD Kota Medan. Padahal ada pengakuan dari salah satu sumber terpercaya koran ini, pihak Kejatisu sudah mulai menyelidiki indikasi kecurangan pemakaian APBD tersebut.
“Lebih baik begitu. Kalau pengurus masih tak transparan, pihak Kejatisu atau Kejari Medan harusnya bertindak untuk mengusut. Harus ada juga audit atas penghasilan musim lalu, termasuk pemakaian APBD tersebut,” pungkas Nata.

cinta buta , adakah atau hanya kiasan kata saja???

coba perhatikan lirik lagu armada band yang berjudul cinta itu buta sebagai berikut "biarlah orang berkata apa,manusia tak ada yang sempurna,ku terima kau apa adanya yang penting aku bahagia"  berarti cinta buta itu hanya menguntungkan satu pihak dong??????? ya istilahnya yang sempurna tidak bahagia menjalin hubungan dengan yang tidak sempurna dan yang tidak sempurna bahagia menjalin hubungan dengan yang sempurna, tidak adil dong??? tapi saya tidak bahas untung rugi nya cinta buta itu.

cinta buta adalah mencintain seseorang tanpa melihat fisik,status ekonominya,dan agamanya,tetapi dia memberi cinta nya dengan tulus.. akan tetapi adakah itu cinta buta????? hmhmhmhmhmhmhm
saya ingin tanya apa sih kriteria anda saat mencari pasangan??? pastinya ganteng atau cantik,manis,kaya,seagama, benerkan???  ga usah munafik,itu memang sifat manusia yang ingin bersama orang yang sempurna.

jadi dimanakahr cinta buta itu??? apakah cinta buta itu hanya kiasan kata atau judul lagu???

menurut saya sih cinta buta itu hanya ada di omongan tapi tidak ada buktinya. cinta buta itu hanya ada di awal hubungansaja, di pertengahan merasa nyesal bagi yang tidak mencintain pasangan nya dengan tulus..

memang cinta itu harus menerima apa adanya dalam kondisi apapun tapi pastinya ada rasa ingin memiliki pasangan sempurna bagi manusia yang normal.

kata terakhir dari saya , cintainlah dirinya dari dalam lubuk hati yang paling adalam dan jangan pernah ada niat untuk menyakitinya dan harus saling menjaga perasaan masing-masing agar hubungan makin nyaman dan langgeng.

menurut anda ada kah itu cinta buta???? hanya ada yang tahu.

catatan pribadi saya : AKBAR MAULANA

Usulkan Perombakan Pengurus

Usulkan Perombakan Pengurus

TRIBUN-MEDAN.com - KETUA SmeCk, Nata Simangunsong mengatakan, SmeCk tidak mempersoalkan lama atau cepatnya pembentukan tim. Menurutnya, akar masalahnya terletak pada non profesionalisme manajemen dan pengurus. "Maka jauh lebih penting dan mendasar untuk mengubah atau merevolusi struktur manajemen dan kepengurusan," ujar Nata kepada Tribun Medan, Minggu (5/6).

Menurut Nata, jika wajah-wajah lama masih menduduki kursi manajemen, jangan harap PSMS dapat berprestasi lolos ISL. "Kita harus melihat duduk masalah secara jernih. Apalagi tahun depan, klub-klub profesional yang berlaga di Liga Super dan Divisi Utama tidak lagi mendapat kucuran dana APBD. Sehingga diperlukan manajemen yang profesional dan kreatif," ujar Nata.

Menanggapi hal itu Idris menyebutkan pengurus sudah memikirkan langkah-langkah alternatif untuk terlepas dari APBD. "Pengurus tetap berupaya melakukan terobosan-terobosan menggalang dana. PSMS tetap memiliki nilai jual. Yang perlu kita lakukan adalah saling dukung bukan membangun opini yang destruktif," kata Idris.(raf)

Idris Optimis Tanpa APBD

Idris Optimis Tanpa APBD

TRIBUN-MEDAN.com,  MEDAN - Sekretaris Umum PSMS Idris, mengatakan, pihaknya belum memiliki solusi yang tepat untuk mendapatkan pembiayaan alternatif terkait operasional klub tahun depan. Meskipun demikian, pihaknya akan berupaya keras. "Ya, cukup berat memang. Tetapi tidak ada yang mustahil jika seluruh stake holder  dapat bekerjasama," ujar Idris kepada Tribun Medan, Minggu (5/6).

   Idris membenarkan, memang dibutuhkan kreativitas pengurus dan manajemen dalam mewujudkannya. Perusahaan seperti PTPN III, PTPN IV dan PT Bank Sumut adalah perusahaan yang potensial untuk mendukung pendanaan PSMS. Khusus untuk Bank Sumut sudah menjadi sponsor di musim 2010/2011. "PSMS punya nama besar di Sumut dan Indonesia. Karena itu kami optimis dapat melakukannya. Dengan catatan kita semua saling dukung dan membangun kritik yang membangun," katanya.

     Direktur PT Liga Indonesia Joko Driyono mengatakan PT Liga Indonesia berencana mengumpulkan klub peserta liga pada bulan Juli. Rapat ini akan membahas soal larangan penggunaan APBD.

    Joko mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah alternatif solusi menyelamatkan nasib klub-klub. "Ya, katakanlah klub-klub harus pro aktif menjalin kerjasama dengan BUMD daerah atau perusahaan lokal untuk sponsorship," ujara anggota KN itu saat dihubungi Tribun dari Medan.

CEO Bintang Medan Dityo Pramono menyebutkan format larangan APBD sangat tepat. "Saat ini sepakbola adalah bisnis, jadi memang harus profit oriented," ujarnya.

Minggu, 05 Juni 2011

Seperti Panitia Sunat Massal

REMANG petang hampir sempurna ketika satu persatu pemain PSMS Medan beranjak dari Mes Kebun Bunga. Hari itu, Rabu (25/5), adalah hari terakhir mereka di sana. Hari terakhir setelah satu musim kompetisi penuh bersama-sama. Di sana mereka bersenda-gurau, tertawa, berdiskusi serius, kadang-kadang bahkan saling menghardik, juga saling diam  tenggelam dalam kekecewaan ketika Ayam Kinantan didera kekalahan. Satu musim lewat bersama begitu banyak kenangan, hingga tidaklah mengherankan apabila sebagian besar pemain sampai menitikkan airmata.

Suasana yang melankolis semacam ini sesungguhnya tak perlu terjadi apabila tim tempat mereka bermain menjalankan sistem manajemen secara profesional. Tapi apa boleh buat, profesionalitas PSMS Medan (dan sebagian besar klub sepakbola di negeri ini) masih sekadar slogan, cuma make up. Artinya, di balik wajah yang sok gemerlap itu, ada wajah lain yang sebesarnya merupakan wajah asli: wajah amatir.

Jadi sudah tentu tidak ada cerita kontrak panjang yang memungkinkan seorang pemain merumput di klub yang sama dari satu musim ke musim lain. Di Indonesia, entah kapan bisa lahir pemain seperti Ryan Giggs, yang sudah memakai kostum Manchester United sejak masih berusia 13.

Kita pun belum berani membayangkan situasi seperti yang dialami Lionel Messi. Dari Argentina ia diboyong FC Barcelona pada usia 11 (diboyong sekaligus bersama sanak keluarganya), dimasukkan ke Akademi La Masia, lantas dipromosikan ke tim remaja, disembuhkan penyakit gangguan pertumbuhan tulangnya (penyakit yang mengancam ia maksimal hanya mencapai tinggi badan 155 cm), lalu diberi kontrak panjang. Kelompok suporter garis keras Barcelona sudah menyuarakan agar pemain ajaib ini diberi kontrak seumur hidup agar ia tak akan bermain untuk klub mana pun kecuali Los Azulgrana sepanjang kariernya.

Kita memang tak berani bahkan sekadar untuk membayangkan. Sebab di Indonesia, skuad klub-klub sepakbola (termasuk PSMS tentunya) tak ubah panitia kurban, atau panitia sunat massal, yang dibentuk lantas dibubarkan begitu perhelatan usai. Profesionalitas menjadi jawaban di satu sisi. Tapi di sisi lain, ada jawaban berbeda: pemikiran instan. Profesionalisme di Indonesia disalahartikan dengan banderol kontrak gila-gilaan pada pemain, terutama sekali pemain asing. Padahal profesionalisme punya bentuk lain yang lebih sahih, yakni pembinaan berkesinambungan sejak usia dini.

Di Inggris misalnya, Manchester United, Liverpool, Everton, dan West Ham United, dipandang sebagai klub-klub yang terhormat. United dan Liverpool dihormati karena tiga hal: prestasi, kekuatan finansial, dan akademi sepakbola. Everton dan West Ham United hanya karena poin terakhir. Namun meski hanya mengandalkan akademi, pada poin ini mereka sungguh-sungguh bagus. Everton melahirkan banyak pemain berkelas, satu di antaranya Wayne Rooney. West Ham lebih fenomenal lagi. Separuh isi tim nasional Inggris sekarang, menimba ilmu sepakbola di sana sejak mereka masih ingusan. Mungkin mereka agak terbata-bata di EPL. Namun setidaknya, Everton dan West Ham tetap punya kebanggaan. Mereka menghasilkan banyak pemain berkelas dan dari sini imbasnya adalah pemasukan finansial yang besar untuk klub.

Pembinaan seperti ini sebenarnya tidak asing bagi PSMS Medan. Dalam level berbeda, sejak tahun 1970-an mereka sudah menerapkannya. Bukan akademi, memang, melainkan kompetisi internal. Terbagi ke dalam tiga divisi, roda kompetisi ini berputar secara berkesinambungan hingga kuartal pertama dekade 1990-an. Bagi yang masih ingat, ketika itu ada klub-klub seperti Sahata, Dinamo, PO Polisi, Volta, Putra Buana, PSAD, Tirtanadi, Echo Lima 41, dan lain-lain. Mereka bersaing ketat memperebutkan tropi kejuaraan. Ada sistem promosi dan degradasi.

Dari kompetisi inilah PSMS merekrut pemain-pemain yang akan diterjunkan ke dalam kompetisi perserikatan. Siapapun yang ditunjuk sebagai pelatih, tinggal memilih di antara pemain-pemain yang sudah dipantau sedari awal musim. Rata-rata kemudian tersaring antara 30 sampai 35 pemain, dan pelatih tinggal memerasnya menjadi 18 hingga 21 pemain. Dari sinilah lahir para legenda PSMS Medan itu, termasuk Suharto dan Edi Syahputra, Pelatih Kepala dan Asisten Pelatih PSMS di musim kompetisi 2010-2011 lalu.

Di luar kemudahan bagi pelatih, pemain-pemain yang terpilih juga sudah dijamin memahami filosofi sepakbola Medan. Tanpa perlu diarahkan, tanpa perlu ditekankan, mereka sudah mampu mengaplikasikan gaya permainan keras dan fanatis ala PSMS.

Tidak seperti sekarang. Siapapun pelatih dipaksa memeras tenaga dan otak yang lebih besar karena di awal musim mereka harus melakukan seleksi dengan pengetahuan yang sama sekali kabur. Pemain-pemain antah barantah datang begitu saja entah dari mana.

Filosofi sepakbola Medan itupun sudah luntur sama sekali. PSMS nyaris bermain tanpa karakter. Kadang mereka bermain dengan pressure and cover gaya Manchester United. Kadang malah ingin mengadopsi Tiki-Taka Barcelona. Keinginan yang patut diapresiasi. Namun sayang seribu kali sayang, lebih sering, gaya-gaya itu diterapkan tanpa pemahaman, tanpa filosofi dasar. Ibarat mempelajari teknik Jet Kun-Do Bruce Lee dari buku yang dibeli di kaki lima. Gaya ada, tapi tanpa tenaga.

Persoalannya adalah, sejak akhir era 1990-an, kompetisi intern ini sudah tak lagi berjalan. Klub-klub tersebut, entah masih hidup atau sudah mati, barangkali cuma pengurusnya saja yang tahu. Kapan mereka berlatih, dimana, jadwalnya kapan, atau yang paling krusial siapa pemain-pemainnya, juga menjadi misteri-misteri tersendiri.

Sebab tahu-tahu, (dan ini terjadi dari tahun ke tahun) ketika tim PSMS yang sedang diseleksi membutuhkan lawan untuk berujicoba, klub-klub ini bisa muncul utuh di lapangan. Ada pelatihnya, ada pemain intinya, ada cadangannya, ada tukang pijatnya dan jangan-jangan ada pula dukun dan pawang hujannya. Tentu saja mereka punya kostum sendiri, lengkap dengan nama klub dicetak besar-besar di bagian dada.

Apakah mereka "mempertahankan hidup" sekadar untuk menjadi lawan latih tanding? Atau alasan lain yang lebih mengacu pada romantisme sejarah? Kalaulah ini benar, alangkah mengenaskannya. Amatlah sangat mirisnya. Terutama sekali bagi pemain. Mereka menjadi anggota sebuah klub yang sama sekali tidak dapat menjadi pijakan baginya untuk bermain di PSMS atau klub mana pun di Liga Indonesia - apalagi tim nasional.

Orang-orang yang memandang segalanya dari kacamata untung rugi, terlebih-lebih jika dalam dirinya memang tidak memiliki rasa cinta terhadap sepakbola, akan langsung mencetus ketus: dari pada main bola tak jelas, mendingan jualan pisang goreng saja.

Benarkah seburuk itu kondisinya? Di beberapa klub memang demikian. Bahkan sesungguhnya mereka tinggal nama saja. Ada pengurusnya tapi tak berjalan aktivitasnya. Ketika kenalan pengurus itu, yang duduk di manajerial PSMS mengajak beruji tanding, ia dengan segera menyanggupi dan dalam tempo mungkin kurang dari satu jam bisa membentuk tim dadakan yang bermaterikan pemain-pemain "cabutan". Modalnya mudah dan murah, SMS berantai. Maka tak mengherankan jika kemudian terketengah pemandangan lucu: PSMS beruji tanding melawan tim berbeda, namun yang materi pemainnya sebagian besar dari itu ke itu juga.

Di sejumlah yang lain kondisinya mungkin tidak seburuk ini. Paling tidak kesempatan masih tetap ada. Jika keinginan pemain-pemain klub lokal Medan untuk mengenakan kostum hijau yang melegenda itu sudah demikian tak tertahankan, maka mereka bisa pergi sendiri mengikuti seleksi PSMS yang kalau tidak di Teladan, pastilah berlangsung di Kebun Bunga. Tentunya mereka berbekal sepatu sendiri, kaus kaki sendiri, pelindung tulang kering sendiri, obat gosok sendiri, kostum sendiri, dan sudah barang tentu, ongkos sendiri. Para pengurus hanya melepas dengan restu dan doa.

Yang seperti ini memang tergolong sial betul. Sudah bermain di klub yang tak punya masa depan, pengurus-pengurusnya pun memang tak punya tanggung jawab. Namun di luar "jenis" ini sesungguhnya  ada yang lebih beruntung. Yakni pemain-pemain yang punya kedekatan bagus dengan pengurus klub, dan pengurus klub itu juga dekat dengan orang-orang lingkaran terdalam manajemen PSMS. Hingga selain restu dan doa, dia pun akan dibekali sesuatu yang lebih mahal ketimbang sekadar sepatu, sekadar kaus kaki, pelindung tulang kering, obat gosok, kostum, atau ongkos. Bekal itu adalah semacam rekomendasi.

Walau merupakan rahasia umum yang "bahkan anak kecil sekali pun tahu", sudah pasti manajemen PSMS akan habis-habisan membantah hal ini. Sudah pasti mereka menyebut seleksi berlangsung mirip semboyan Pemilu (yang jelas-jelas penuh kecurangan itu): jujur, adil, bebas, dan rahasia (dalam arti,  siapa pemain yang lolos seleksi hanya pelatih dan tim penyeleksi yang tahu). Sudah pasti mereka akan mengatakan PSMS bersih dari pemain-pemain titipan.

Ah, terserah mau bilang apa. Kita tidak sedang dalam posisi berdebat soal benar tidaknya isu tersebut. Ada atau tidak adanya pemain titipan, substansi pembicaraan memang bukan mengarah ke sana. Bukan imbas, melainkan dasar penyebab. Pemain titipan ini, atau apa pun istilahnya, tidak akan menjadi bagian dari isu apabila proses perekrutan tidak dikerjakan dalam proses yang berlangsung instan, yang bagaikan susunan kepanitiaan sunat massal, orang-orang yang terlibat di dalamnya ditunjuk dalam rapat di warung kopi.

Sampai di sini mencuat pertanyaan? Kenapa kompetisi intern tidak lagi berjalan? Jangan-jangan ini memang erat berhubungan dengan kesalahkaprahan soal memahami arti profesionalisme. Manajemen lebih suka menggelontorkan uang bermilyar-milyar untuk mengontrak pemain, baik lokal maupun asing, namun sepenuhnya melupakan pembinaan sendiri. Sejauh ini, di PSMS, pintu bagi pemain muda binaan klub hanya dibuka sekadar untuk latihan bersama, program yang disebutkan sebagai "Magang", yang sungguh mati tiada berguna sama sekali.

Bahwa pemain-pemain mahal ini bisa mendatangkan entertainment, itu tak terpungkiri. Syukur-syukur (di beberapa klub) mereka malah bisa menghadirkan gelar juara. Tapi musim berikut, jika kontrak yang mereka tandatangani cuma berdurasi setahun, tak ada jaminan mereka bertahan. Jika ingin memakai lagi jasanya, manajemen harus menyodorkan kontrak baru yang biasanya bernilai lebih mahal.

Jika daftar dibuat, hingga trio Gaston Castano, Vagner Luis, dan Almiro Valaderes, sudah berapa banyak pemain asing yang memperkuat PSMS? Mungkin tak terhitung. Dari ketiga nama paling anyar ini, siapa pula yang sudah memastikan diri akan kembali berkostum Ayam Kinantan? Hingga hari ini tidak satupun. Artinya, untuk musim depan, manajemen harus kembali menyakar, membongkar stok "big sale" untuk mendapatkan pemain berkualitas "cukup makan" berharga terjangkau.

Situasi seperti ini sudah berlangsung bertahun-tahun. Tentu, bukan berarti pemain asing tak penting. Mereka tetap merupakan elemen yang harus ada. Namun alangkah lebih baik apabila dana PSMS yang tidak terlalu melimpah itu dimanfaatkan pula sebagian untuk membiayai kompetisi intern. Kalau memungkinkan malah lebih bagus lagi berpikir tentang tim remaja, tim junior, tim B, yang dikompetisikan secara teratur dan berkesinambungan.

Benar bahwa pemain-pemain yang lahir dari kompetisi ini akan pergi juga. Tapi bisa jadi juga tidak. Delapan pemain yang turun memperkuat Barcelona di final Liga Champions adalah pemain-pemain yang sudah merumput bersama sejak usia 14 tahun.

Kolom ini sekali waktu pernah memuat tulisan yang berisi angan-angan yang kelewatan. Sesuatu yang tidak mungkin dicapai karena memang dimaksudkan sebagai sindiran -kecuali jika memang ada "multimilyuner gila" yang tiba-tiba tertarik pada PSMS. Tapi rasa-rasanya, kalau sekadar untuk mengembalikan lagi metode pembinaan seperti dulu, bukanlah hal yang mustahil.(*)

catatan seorang wartawan tribun medan : T Agus Khaidir

MAMPUKAH PSMS MEDAN LOLOS ISL MUSIM 2012-2013??