Jumat, 10 Juni 2011

RENOVASI STADION TELADAN BAGAI MIMPI DI SIANG BOLONG

STADION TELADAN DIRENOVASI BAGAI MIMPI DISIANG BOLONG

Siapa yang gak kenal stadion teladan????? Yang dulu merupakan stadion terbesar setelah SUGBK , dan pernah di helat perandingan tim seri A italia, tapi stadion teladan dimakan waktu dan zaman dengan tidak disertai dengan perawatan yang berarti.
Mengingat historis puluhan tahun silam, PSMS Medan berjaya. Meskipun turun kelas, Ayam Kinantan tetap menawan dan mempesona. Tingkat Nasional, tim kebanggaan kota Medan ini sudah menyandang enam kali gelar juara – semenjak kompetisi resmi PSSI tahun 1951. Bahkan berhasil pula mengambil gelar juara berturut-turut di tahun 1967, 1969 dan 1971. Tak cukup sebagai jawara di tanah air, juga mengukir prestasi di tingkat Asia.

The Killer – julukan lain dari PSMS Medan, mencatat sebanyak lima kali mengikuti kejuaraan di luar negeri. Dalam Turnamen bertajuk Aga Khan Gold tahun 1967 di Dakka Pakistan Timur (Bangladesh, Red), PSMS keluar sebagai juara. Dua gol dari Tumsila menumbangkan klub tuan rumah Mohamaden dengan skor 2-1. Berlanjut di tahun 1977, dalam gelaran Quenn Cup di Bangkok. Sayangnya, anak-anak Medan ini gagal menempuh babak semifinal. Terakhir, PSMS Medan mencatatkan sebagai tim pertama dari Indonesia yang lolos sampai babak 16 besar, di AFC Cup 2009 lalu.Sebuah prestasi yang membanggakan tentunya. Itulah sederetan fakta. Kebenaran dan kebanggaan yang pelan-pelan luntur, akibat menurunnya prestasi.

Prestasi PSMS Medan dimana sebuah zaman, saat Stadion Teladan berdiri megah. Stadion yang layak untuk ditandangi klub – klub dari Asia, seperti Korea, Jepang, Vietnam, Singapura dan Burma. Stadion Teladan yang melahirkan sejarah hingga cerita menarik lainnya. Perseteruan dan perselihan tumbuh di kalangan pemain. Misalnya protes kapten klub Vietst, Nguyen Van Mon. Terkait keputusan wasit Takayama dari Jepang, atas hakim garis Polinandu yang tidak melihat offside pemain PSMS. Ada juga juga perseteruan pemain Korea Selatan dengan anak-anak bola Vietnam Selatan. Belum lagi kericuhan antara Tumsila (PSMS) dan Jacob Sihasale plus Didiek dari Persebaya.
Setelah dibangun menyambut even Nasional PON III 1953 di Sumatera Utara, Stadion Teladan saat itu sangat representative. Tak hanya dari deretan Asia, klub dari Australia dan Belanda hingga Lokomotiv Rusia sekalipun pernah menginjakan kakinya.

Termasuk tim selevel Seri A Liga Italia, Samdoria di tahun 1996, saat melawan tim nasional Indonesia. Tingginya arus kompetisi di Stadion Teladan membuahkan pemain bintang.
Kota Medan menjadi salah satu barometer sepakbola di Indonesia. Tercatat dalam sejarah nama-nama seperti Ramlan Yatim, Manan Laly, Ramli Yatim, Buyung Bahrum, Rasyid, Anwar Daulay, Idris, Jusuf Siregar, Syamsudin, Ahmad Kadir dan Cornel Siahan (PSMS tahun 1950-an). Menyusul terdapat Yuswardi, Muslim, Rudy Siregar, Jamaluddin, Zulham Yahya, Sunarto, Edy Suwardi, Abdul Rahim, Zulkarnaen, Ipong Silalahi dan Nawir Siregar di tahun 1960-an. Berlanjut ke tahun 1987, zamannya Sunardi B dan juga Nobon, Ponirin hingga pemain Parlin Siagian.

Kini waktu terus berjalan. Banyak harapan besar yang diwariskan untuk melanjutkan tradisi hebat tersebut. Sayangnya, harapan itu gagal total. Kota Medan seperti bermimpi dalam kondisi yang tidak tertidur. Berharap berprestasi namun tidak bekerja. Apalagi pasca Badan Liga Indonesia (BLI) memperlakukan proses verifikasi soal infrakstrur Stadion (2008/2009) lalu. Sepakbola Medan mati suri. Beberapa fasilitas penunjang seperti ruang ganti, lampu, rumput tidak sesuai dengan manual untuk menggelar Indonesia Super League (ISL). Stadion Teladan menjadi saksi mati prestasi PSMS.

Kota Medan tidak lagi menjanjikan bagi pemain bola. Banyak pemain memilih berkarir di luar Medan. Satu bukti nyata, adalah pemain yang membawa PSMS ke final 2008 lalu pun ikut kabur. Tanpa magnet besar, Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean, Markus Ririhina dan Legimin Rahardjo ada generasi terakhir emas tim berlogo Tembakau ini. Bagaimana untuk kelanjutannya? Siapapun akan kesulitan untuk menjawabnya. Sekalipun anda dedengkot di PSMS. Selentingan nasib PSMS bergantung hasil Pilkada Kota Medan selalu mewarnai.

Itulah sebuah pandangan yang sudah tertanam dari belasan tahun lalu. Akibatnya, sulit mengantungi harapan PSMS bisa bangkit kembali. Apalagi saat ini bermain di level Divisi Utama. Sebuah fakta tambahan yang menyatakan tidak akan ada lagi calon bintang dari PSMS. Sebuah kondisi yang memiriskan hati kita pencinta Ayam Kinantan. Padahal sebelum proses verifikasi, Stadion memberikan efek yang luar biasa. Skuad Merah Putih bermaterikan pemain yang berasal dari Medan. “Kalau waktu dulu main di Medan, bulu kita sudah merinding duluan sebelum bertanding,” kata Rudi Keltjes, pelatih yang pernah merasakan kerasnya atmosfer di Stadion Teladan. Lantas, bagaimana cara mengembalikan kebesaran itu?

Orang-orang selalu mencanangkan program pembinaan. Namun selain itu, ada faktor lain yang sangat menentukan dan sudah terbukti menjadi ikon penting. Infrakstruktur adalah menjadi pendorong utama melahirkan kembali pemain berbakat. Membangun stadion baru atau merenovasi Stadion Teladan memang harus segera dilakukan. Sejarah PSMS puluhan tahun lalu menegaskan, Stadion yang representative melahirkan pemain bintang.. Saat itu Stadion Teladan memberikan efek luar biasa bagi Kota Medan. Membangun atau merenovasi Stadion Teladan adalah hal yang bisa mengangkat moral pemain untuk bergairah naik ke Indonesia Super League (ISL).
Sepakbola juga akan terus mengalami kemajuan. Ribuan anak-anak dari Sumatera Utara tetap bercita-cita menjadi pemain bola. Di satu sisi lagi, dalam jumlah yang sama juga merindukan tontonan yang menarik tersebut. Sepakbola itu tidak pernah mati, selalu beregenerasi. Dengan infrakstruktur stadion yang layak, menghasilkan makna kepuasan. Melahirkan sebuah permainan yang menarik dan nyaman. Selain itu juga mampu meminimalisir tingkat benturan atau cedera pemain.



Selain menjadi sebuah entertaint, stadion yang layak menjadikan ajang beredukasi. Rumput yang berkualias melahirkan permainan yang punya identitas. Medan sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, masih belum memilikinya. Soal Stadion kalah dengan kabupaten di daerah lain, seperti Madiun dan Cirebon atau juga Sleman. Tidak memiliki klub professional, mereka memiliki Stadion yang lebih baik dari Stadion Teladan.
Apa harus jadi tuan rumah PON dulu baru di renovasi???? Atau tunggu terjadi bencana dulu baru di renovasi atas bantuan FIFA???? Kita tak ingin kota medan terkena musibah. Tapi sampai kapan kah stadion teladan akan seperti ini terus????
Sebuah pertanyaan yang mendasar dari lubuk hatii dan keinginan melihat stadion teladan menjadi stadion standard internasional
Apalagi kota medan akan membuat program “visit kota medan 2012” semoga dengan ini stadion teladan akan direnovasi agar kota medan akan menjadi kota yang banyak dikunjungi para wisatawan asing maupun local.
Dengan di renovasi stadion teladan akan membangkitkan lagi animo penonton ke stadion teladan dan secara tidak langsung akan merangsang kembali masa kejayaan PSMS MEDAN .

Lihat saja pada waktu PSMS MEDAN VS PRO TITAN baru 15 menit saja di guyur hujan stadion teladan sudah tidak dapat dipakai lagi  terpaksa di tunda , untung saja kesetiaan SMeCK HOOLIGAN tidak luntur karena hujan deras , mereka rela menunggu dan kehujanan sedangkan 2 kelompok supporter PSMS MEDAN  yang lain udah pulang, mereka pun melakukan aksi heroik dengan menguras lapangan dan pertandingan Di Lanjutkan. Lhat juga pada pertandingan pro titan vs persiraja sama juga kejadian nya hujan 15 menit lapangan sudah tidak bisa dipakai.

Tapi dari ini semua aku yakin stadion teladan akan kembali berdiri megah dan kembali nya kejayaan PSMS MEDAN , tapi itu kapan kah stadion teladan renovasi??? Stadion teladan di renovasi bagai mimpi disiang bolong.

Catatan pribadi ku dengan kutipan catatan lain : AKBAR MAULANA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAMPUKAH PSMS MEDAN LOLOS ISL MUSIM 2012-2013??